Selasa, 28 Oktober 2008

Mahasiswa Menjadi Saksi


Oleh: Ihya Ulumuddin, S.IP

Bahwa diyakini kebenarannya, profesi dan status tertentu pada seseorang melekat juga pada dirinya tanggung jawab yang sangat besar, yaitu sebuah tanggung jawab sebagai saksi hidup dari peristiwa-peristiwa penting yang terjadi.
Salah satunya status sebagai MAHASISWA.

Berbeloknya arah perjalanan sejarah umat manusia di atas dunia ini sejak dahulu kala, tidak terle-pas dari kesaksian para mahasiswa, yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk nyata.

Di zaman Yunani Kuno, para mahasiswa merombak alam pikiran penduduknya yang pagan (pe-nyembah berhala-berhala) lewat kesaksian mereka yang dituangkan dalam karya-karya tulisan filsafat-filsafat mengenai banyak persoalan hidup. Kemudi-an Dunia Arab bersinar dengan tumbuh dan ber-kembangnya pemikiran-pemikiran para mahasiswa-nya yang belajar dari masjid ke masjid pada mula-nya, kemudian berdirinya universitas-universitas yang megah.

Selanjutnya di belahan Dunia Barat, sumbangsih terbesar kemajuan Barat hingga dewasa ini bermula dari dalam kampus-kampus yang dikelola oleh para agamawan. Karenanya para mahasiswa jebolan universitas-universitas yang dikelola para agamawan memiliki kredibilitas yang tinggi, akibat para mahasiswanya banyak melahirkan karya-karya serta pe-mikiran yang luar biasa sebagai kesaksian mereka pada kehidupan.

Demikian juga dengan Indonesia, sejak tahun 1920 sampai 1930, dinyatakan sebagai masa perubahan bandul sejarah Bangsa. Dalam masa itu mulai berdirinya sekolah-sekolah tinggi yang menggembleng para mahasiswa Indonesia. Dari mereka kemudian momentum-momentum kesaksian digelar, dimana yang paling spektakuler adalah “Soempah Pemoeda”, yang notabene adalah bentuk kesaksian para mahasiswa Indonesia untuk mengukuhkan jati diri sebagai bangsa yang merdeka.

Kemudian tumbangnya rezim-rezim yang pernah berkuasa di Tanah Air, tidak lain akibat kesaksian para mahasiswa juga.

Menjadi saksi tidak cukup hanya melihat dan ikut merasakan, tetapi harus menjunjung tinggi kejujur-an dan kebenaran. Kesaksian akan lebih berharga jika diwujudkan dalam karya-karya nyata…


Penulis adalah dosen STISIP Tasikmalaya, sehari-hari mengajar bidang Sistem Budaya Indonesia

Tidak ada komentar: